PENDERITA HIPERTENSI MENDAPAT LAYANAN SESUAI STANDAR

DI PUSKESMAS PANDAK I

 

Oleh :

dr Dewi Cahyaningrum

Puskesmas Pandak I

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

            Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg. Umumnya tidak ada keluhan, kecuali jika ditemukan kerusakan target organ ( penglihatan kabur, jantung berdebar- debar, rasa sakit di dada, mudah lelah, dan impotensi). Namun, dapat ditemukan keluhan tidak spesifik seperti : sakit/ nyeri kepala, gelisah, pusing, leher kaku.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomer 3 setelah stroke dan TB. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Pada tahun 2016, 23,7 % dari 1,7 juta kematian di Indonesia disebabkan oleh hipertensi. Hipertensi sekarang merupakan masalah utama tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Menurut Riskesdas 2018, estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218  kematian. 

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku beresiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak  berlebih, obesitas, kurang aktivitas, konsumsi alkohol berlebihan dan stress. Dari data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun ke atas didapatkan data faktor resiko proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang aktivitas fisik  35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31%, dan proporsi obesitas umum 21,8%.

Hipertensi adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, sehingga penderita harus tetap kontrol rutin, minum obat teratur, dan menjaga pola hidup sehat. Jika hipertensi tidak terkontrol dengan baik, maka akan dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan ke depan seperti terjadinya stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit vaskular perifer, dan kerusakan pembuluh darah retina yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Munculnya komplikasi tergantung dari besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Dari dampak yang ditimbulkan akibat hipertensi maka penting sekali untuk penderita hipertensi mendapatkan layanan sesuai standar. Menurut target SPM PTM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul penderita hipertensi mendapat pelayanan standar adalah jika penderita hipertensi kontrol sebanyak 6x dalam setahun dan ini baru bisa dihitung setelah bulan November. Sedangkan target menurut Kemenkes adalah jika penderita hipertensi kontrol tiap bulan sekali. Capain Puskesmas Pandak 1 pada tahun 2021 adalah 36% menurut DO SPT PTM Dinas Kesehatan Bantul.

Pada tahun 2021 dan tahun 2022 ini, hipertensi menduduki peringkat pertama dalam hal 10 besar penyakit di Puskesmas Pandak I, menggeser penyakit lain yang awalnya ada di peringkat atasnya. Tentunya ini merupakan masalah yang tidak bisa dianggap sepele mengingat komplikasi serius yang bisa diakibatkan oleh hipertensi ini. Jika tidak ditangani dengan serius, ini akan membutuhkan biaya lebih banyak untuk mengatasinya dan kondisi perekonomian keluarga penderita hipertensi dapat terganggu.

Puskesmas Pandak I berusaha memenuhi target SPM PTM Dinas Kesehatan Bantul dengan menetapkan penderita hipertensi mendapat layanan sesuai standar sebagai Indikator Mutu Prioritas Puskesmas (IMPP) pada tahun 2022. Diharapkan dengan hal ini maka capaian SPM PTM hipertensi di Puskesmas Pandak 1 ini menjadi lebih baik dan kualitas hidup penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Pandal I pun dapat semakin baik, terhindar dari berbagai macam komplikasi yang mungkin bisa terjadi akibat hipertensi yang tidak tertangani dengan baik.

Perumusan Masalah 

Puskesmas Pandak I memiliki wilayah kerja yang terdiri atas 2 desa yaitu Wijirejo dengan jumlah penduduk  11.185 orang pada tahun 2022 dan Gilangharjo dengan jumlah penduduk 15.978 orang pada tahun 2022. Sehingga total jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Pandak 1 ada 27.163 orang pada tahun 2022. Jumlah penderita hipertensi di Wijirejo ada 1870 orang, sedang di Gilangharjo ada 2086. Total jumlah penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Pandak I menurut data kunjungan PISPK ada 3956 orang (14,56%).  Dari 3956 orang tersebut, yang berobat rutin ada 680 orang (17,2%). Seharusnya semua penderita hipertensi dapat kontrol rutin untuk mencegah terjadinya komplikasi lanjut akibat hipertensi yang tidak tertangani karena tidak mendapat layanan sesuai standar.

Data penderita hipertensi berdasarkan DGS sampai bulan Oktober 2022 ada 1375 penderita yang tercatat di Puskesmas Pandak I. Dusun penyumbang kasus hipertensi terbanyak adalah dari Pandak, Bergan, Gedongsari, Jodog, dan Kadisoro.

            Capaian SPM PTM hipertensi Puskesmas Pandak I pada tahun 2021 penderita hipertensi yang mendapat layanan sesuai standar adalah sebesar 36%, angka yang masih jauh dari target, sehingga perlu dilakukan upaya – upaya untuk meningkatkan capaiannya antara lain dengan menetapkan masalah ini sebagai indikator mutu prioritas puskesmas (IMPP) pada tahun 2022. Dengan ditetapkannnya ini sebagai indikator mutu prioritas puskesmas, maka diperlukan dukungan dari seluruh komponen puskesmas baik itu dari UKPP, UKM, maupun dari KMP sehingga target dapat tercapai. Penting sekali buat semua penderita hipertensi untuk mendapatkan layanan sesuai standar mengingat komplikasi – komplikasi yang dapat ditimbulkan jika hipertensi ini tidak diobati dan tidak terkontrol dengan baik. Dengan pelayanan sesuai standar yang diberikan untuk semua penderita hipertensi, diharapkan kualitas hidup semua penderita hipertensi menjadi lebih baik.

 

Tujuan

            Tujuan umum penetapan penderita hipertensi mendapat layanan sesuai standar adalah agar semua penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Pandak I mendapatkan layanan sesuai standar. Pelayanan standar yang dimaksud di sini adalah penderita hipertensi mendapatkan :

  1. Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah
  2. Edukasi perubahan gaya hidup (diet seimbang, istirahat cukup, aktivitas fisik, kelola stres)
  3. Pengelolaan farmakologis / pengobatan 

Tujuan umumnya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan pada semua penderita hipertensi, sehingga kualitas hidup penderita hipertensi dapat tetap terjaga dengan baik.

 

Manfaat

            Manfaat penderita hipertensi mendapat layanan sesuai standar adalah :

  1. Penderita hipertensi dapat terus dimonitor tekanan darahnya secara teratur
  2. Penderita hipertensi senantiasa mendapatkan arahan tentang pola hidup yang sehat terutama tentang diet yang seimbang dan sehat, medapatkan KIE untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit dalam sehari, mendapatkan KIE untuk istirahat yang cukup, serta mendapatkan KIE tentang tata cara pengelolaan stress yang baik
  3. Penderita hipertensi mendapatkan obat sesuai dengan kondisi dan keluhannya.

Diharapkan dengan hal tersebut, tekanan darah penderita hipertensi dapat terkontrol baik secara terus menerus dan komplikasi- komplikasi yang tidak diharapkan tidak terjadi, sehingga kualitas hidup penderita hipertensi dapat tetap terjaga dengan baik.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 mmHg.

Hipertensi dapat diketahui dengan memeriksa tekanan darah. Tekanan darah adalah  kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Hasil tekanan darah ada dua yaitu sistolik (tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi) dan diastolik (tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak jantung.

Klasifikasi hipertensi yaitu :

  1. Pra hipertensi, di mana tekanan darah sistolik antara 120 – 139 mmHg dan diastolik mencapai 80 – 89 mmHg.
  2. Hipertensi tingkat 1, yaitu tekanan darah sistolik 140 – 159 mmHg dan diastolik 90 – 99 mmHg.
  3. Hipertensi tingkat 2, yang ditandai dengan tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan diastolik lebih dari 100 mmHg.
  4. Hipertensi krisis, yaitu tekanan darah yang melebihi 180 / 120 mmHg.

Hipertensi sering tidak bergejala sehingga gangguan kesehatan ini dikenal juga dengan sebutan the silent killer. Apabila tekanan darah tidak terkendali dan tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Makin tinggi tekanan darah, makin besar pula resiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah pada organ besar seperti otak dan ginjal.

      Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah kondisi tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebab pastinya, sebaliknya hipertensi sekunder terjadi karena ada penyakit lain yang mendasarinya.

      Faktor resiko yang dapat menimbulkan hipertensi antara lain adalah : 

  • Berusia di atas 65 tahun
  • Mengkonsumsi banyak garam
  • Kelebihan berat badan
  • Memiliki keluarga dengan hipertensi ( factor genetik )
  • Kurang makan sayur dan buah
  • Jarang berolahraga
  • Minum terlalu banyak kopi atau minuman lain yang banyak mengandung kafein
  • Terlalu banyak mengkonsumsi minuman keras
  • Merokok 

Komplikasi yang bisa terjadi akibat hipertensi adalah :

  1. Serangan jantung. Hipertensi lama kelamaan dapat membuat pembuluh darah arteri pada jantung menjadi keras dan mudah rusak. Jika kerusakan pada pembuluh darah jantung sudah cukup parah, maka aliran darah menuju otot – otot jantung akan terhambat. Hal ini kemudian dapat menyebabkan serangan jantung.
  2. Gagal jantung. Tekanan darah tinggi memaksa jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Hal ini dapat membuat dinding dan otot jantung menebal, sehingga jantung kesulitan untuk memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Jika jantung sudah tidak dapat memompa darah dengan baik, maka kondisi ini disebut gagal jantung.
  3. Aneurisma. Hipertensi dapat menyebabkan dinding arteri melemah dan memicu terbentuknya kantong yang rapuh di pembuluh darah artei. Aneurisma umumnya terbentuk di aorta, namun bisa juga terbentuk pada pembuluh darah arteri di bagian tubuh lain. Semakin tinggi tekanan darah, maka semakin besar resiko terbentuknya aneurisma. Jika tekanan darah tetap tinggi,lama kelamaan kondisi ini dapat menyebabkan aneurisma pecah. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan organ permanen bahkan kematian.
  4. Penyakit arteri perifer. Komplikasi ini terjadi ketika aliran darah ke anggota tubuh tertentu seperti kaki, lengan, perut, kepala, berkurang akibat rusaknya pembuluh darah. Penyakit arteri perifer dapat membuat bagian tubuh yang berdampak tidak dapat berfungsi dengan baik.
  5. Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini disebut aterosklerosis yang dapat menimbulkan serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
  6. Gangguan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan pembuluh darah di mata. Hipertensi dapat menimbulkan retinopati hipertensi dan kerusakan saraf mata akibat pecahnya pembuluh darah di dalam bola mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan atau bahkan kebutaan permanen pada mata.
  7. Diseksi aorta. Ini adalah robeknya lapisan dinding dalam aorta yang dapat mengancam jiwa.
  8. Stroke ringan atau TIA ( Transient Ischemic Attack ).
  9. Stroke.
  10. Aneurisme otak. Aneurisma ini rentan pecah dan menyebabkan perdarahan otak yang berbahaya.
  11. Penurunan daya ingat. Hal ini terjadi akibat aliran darah pada otak bermasalah. Jika sudah parah, kondisi ini  dapat berkembang menjadi demensia.
  12. Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di ginjal. Bila tidak segera diobati, kerusakan ginjal bisa mencapai stadium akhir.

Cara mencegah hipertensi antara lain dengan :            

  1. Menjaga berat badan ideal.
  2. Berolahraga secara rutin.
  3. Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya roti dari biji –bijian utuh, beras merah, buah, dan sayuran.
  4. Membatasi konsumsi garam tidak lebih dari satu sendok teh sehari.
  5. Tidak mengkonsumsi alcohol.
  6. Berhenti merokok.
  7. Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Minum kopi tidak lebih dari 4 cangkir sehari.

Penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang tidak dapat sembuh, tetapi dapat dicegah untuk terjadi perburukan ataupun komplikasi. Sehingga penting sekali mengelola hipertensi supaya tekanan darah terjaga selalu dalam rentang normal demi mencegah terjadinya komplikasi lanjut. Karena itu penting sekali semua penderita hipertensi mendapatkan layanan sesuai standar supaya tekanan darah tetap terjaga normal dan komplikasi tidak terjadi. Pengertian mendapat layanan sesuai standar adalah penderita hipertensi mendapatkan : 

  1. Pemeriksaan dan monitoring tekanan darah
  2. Edukasi perubahan gaya hidup (diet seimbang, istirahat cukup, aktivitas fisik, kelola stres)
  3. Pengelolaan farmakologis / pengobatan.

 

Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

            Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan terjadinya berbagai macam komplikasi ke organ – organ. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah stroke, gagal jantung, penyakit jantung coroner, gagal ginjal, kebutaan, aneurisma, dan penyakit arteri perifer. Kejadian komplikasi ini dapat dicegah jika tekanan darah penderita hipertensi dapat terjaga stabil normal terus menerus. Normalnya tekanan darah ini dapat dicapai dengan menjaga pola hidup sehat (diet makanan gizi seimbang, rutin aktivitas fisik, dapat mengelola stress dengan baik), dan rutin mengkonsumsi obat yang dibutuhkan. Dan tentunya penderita juga harus mengukur tekanan darahnya secara rutin. Semua ini dapat terpenuhi jika penderita hipertensi telah mendapatkan layanan sesuai standar. Hal ini bisa didapatkan jika penderita hipertensi kontrol ke fasilitas kesehatan secara rutin dan terus menerus setidaknya sebulan sekali.

 

Pertanyaan Penelitian

            Benarkah jika penderita hipertensi mendapatkan layanan sesuai standar, kualitas hidup mereka akan terjaga tetap baik terus ?

Hipotesis

            Penderita hipertensi yang mendapatkan layanan sesuai standar, dalam hal ini menurut Kemenkes penderita hipertensi setiap bulan harus mendapatkan : kontrol tekanan darah, KIE tentang poila hidup sehat (diet sehat gizi seimbang, aktivitas fisik, pengelolaan stres, istirahat yang cukup), dan mendapatkan pengelolaan farmakologi (obat yang dibutuhkan) maka hal ini dapat menjaga kualitas hidup penderita hipertensi tetap baik (tidak terjadi komplikasi penyakit yang tidak diharapkan).

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

            Penilaian indikator mutu ini mengambil sample semua penderita hipertensi di Puskesmas Pandak I yang mendapatkan pelayanan standar. Data diambil dari data DGS Puskesmas Pandak I. Denominatornya adalah jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Pandak 1 (sesuai target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2022 yaitu 3710 orang). Data diambil secara retrospektif dari kunjungan pasien (DGS) dengan total sampling. Pengukuran hasil adalah dengan menjumlahkan jumlah penderita hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas Pandak I setiap bulan dibagi dengan denominator sesuai target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Jika SPM PTM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul target penderita hipertensi kontrol adalah 6 kali dalam setahun, maka IMPP ini targetnya adalah kunjungan penderita hipertensi sebulan 1 kali atau 12 kali dalam 1 tahun.

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

            Sampai dengan Bulan September 2022, capaian indikator mutu penderita hipertensi mendapat layanan sesuai standar adalah :

            Hasil di atas didapatkan dengan melihat data di DGS pasien hipertensi yang periksa ke Puskesmas Pandak I dengan dibagi jumlah penderita hipertensi menurut target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 3710 orang.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa capaian indikator penderita hipertensi mendapat layanan sesuai standar masih jauh dari target yaitu 100 %.  Alasan dari penderita hipertensi tidak melakukan kontrol  adalah karena merasa tidak ada keluhan sehingga tidak merasa perlu untuk periksa. Alasan lain adalah karena tidak ada yang mengantar periksa. Hal ini dikarenakan memang penderita hipertensi kebanyakan adalah kaum lansia yang memang butuh ada yang mengantar periksa (kendala transportasi).

Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk menaikkan capaiannya. Ha – hal yang telah dilakukan antara lain adalah :

  1. Pelaksanaan posyandu lansia dan puskesmas keliling tiap 3 bulan di setiap dusun
  2. Pelaksanaan kelas hipertensi di tiap dusun sesuai jadwal
  3. Membentuk  WA grup penderita hipertensi dan mengingatkan semuanya untuk kontrol rutin setiap bulan sesuai jadwal

Rendahnya kesadaran untuk kontrol rutin bagi penderita hipertensi ini perlu ditingkatkan antara lain bisa dengan pemberian penyuluhan atau edukasi secara pribadi tentang pentingnya kontrol hipertensi untuk mencegah komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Edukasi bisa diberikan kepada penderita langsung maupun kepada keluarga penderita, sehingga timbul kesadaran bersama untuk dapat kontrol rutin bagi penderita demi tercapainya kesehatan dan kualitas hidup yang terjaga baik, serta untuk mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.

 

Keterbatasan

            Penilaian indikator mutu ini hanya melihat penderita hipertensi yang tercatat di DGS Puskesmas Pandak I. Artinya penderita hipertensi yang periksa atau kontrol di fasilitas pelayanan kesehatan lain tidak terdata di sini. Selain itu, data penderita hipertensi keseluruhan adalah berdasarkan target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul yaitu sejumlah 3710 orang. Data kunjungan PISPK tahun 2020 menunjukkan jumlah penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Pandak I ada  3965 orang. Sementara itu, menurut data DGS Puskesmas Pandak I tahun sampai dengan Bulan Oktober 2022, penderita hipertensi yang tercatat adalah 1375 orang. Sehingga jika denomeratornya menggunakan DGS, kemungkinan hasilnya tidak akan serendah capaian yang ada sekarang. Namun jika menggunakan data berdasar kunjungan PISPK tahun 2020, maka capaiannya justru akan makin rendah karena jumlahnya lebih banyak dari target SPM Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Tentu saja hal ini menimbulkan kerancuan. Akan lebih baik jika dilakukan pendataan ulang tentang jumlah penderita hipertensi yang ada, kemudian didata pula mereka kontrol rutin ke faskes mana, sehingga bisa didapatkan hasil yang valid. Namun hal ini akan menimbulkan kesulitan lagi mengingat keterbatasan jumlah sumber daya puskesmas yang ada. Cara lain adalah dengan bekerja sama dengan kader kesehatan yang telah disosialisasi tentang indikator ini sebelumnya. Dengan demikian bisa didapatkan hasil yang lebih valid dan lebih sesuai dengan realita.

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

Kesimpulan

  1. Belum semua penderita hipertensi di Puskesmas Pandak I belum mendapatkan layanan sesuai standar, sehingga resiko terjadinya komplikasi – komplikasi bisa lebih besar.
  2. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan capaian indikator mutu prioritas puskesmas ini demi terpenuhinya kualitas hidup penderita hipertensi tetap baik.
  3. Masih banyak penderita hipertensi yang tidak kontrol rutin karena merasa tidak ada keluhan dan karena tidak ada yang mengantar (kesulitan transportasi).

 

Saran

  1. Perlu dilakukan penyuluhan ataupun edukasi secara pribadi kepada semua penderita hipertensi maupun keluarganya tentang pentingnya kontrol rutin supaya tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan
  2. Perlu dilakukan pendekatan pelayanan kepada masyarakat agar semua penderita lebih mudah mengakses layanan kesehatan untuk mengontrol tekanan darah dan mendapatkan obat. Hal ini misalnya dengan mengadakan posyandu lansia atau puskesmas keliling setiap bulan sekali ke setiap dusun dan dengan memberikan obat untuk kebutuhan selama satu bulan.

 

DAFTAR PUSTAKA

  1. Dewi, Arika.2011.  Materi Pelatihan Konselor Berhenti Merokok. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
  2. DepKes RI. 2007. Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Bhakti Husada. Jakarta.
  3. Akbar, Fahmi dan Tim dokterPOST. 2018. 155 Diagnosis dan Terapi Faskes Primer. dokterPOST. Jakarta.
  4. Soeparman. Waspadji, Sarwono, 1998. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
  5. Tuti, Aswani, 2020. Mari Makan Sayur dan Buah yang Berkhasiat Bagi Tubuh  Untuk Keluarga Indonesia Sehat. PADK. Padk Kemenkes RI. Jakarta.